Main-main ke pabrik Helm


Dah saya post sebelumnya ke web JDDC Online …so this is a repost .. :p …

Selasa 20 Oktober 2009, redaksi JDDC-OL berkesempatan menjadi salah satu peserta dalam sebuah ‘Plant Tour’ ke PT. DMI (Dinaheti Motor Indonesia) di bilangan lingkungan pabrik berikat Cikarang Jawa Barat.

DMI_009

Atas inisiatif LSM yang bergerak di bidang Road Safety yaitu RSA (Road Safety Association), 20-an peserta yang hadir berkesempatan melihat ‘dapur’ pembuatan helm produsen yang memproduksi brand Ink, Kyt, Mds hingga label Airoh dan AGV serta beberapa merk lain untuk konsumsi ekspor.

Hadir sebagai teman bicara para peserta baik saat sesi dalam ruang maupun tur pabrik adalah bapak Thomas Lim selaku GM Manufacture dan bapak Henry Tedjakusuma selaku Director PT DMI sekaligus Owner. Dua sosok terdepan PT DMI ini lah yang terus sepanjang acara memberikan banyak penjelasan soal pernak-pernik helm dan produksi nya.

Salah satu penjelasan menarik di sesi awal pertemuan adalah usaha pak Lim meluruskan informasi istilah helm yang kadung salah kaprah dan salah sebut di kalangan masyarakat. Klasifikasi helm dibagi dua bagian yaitu Bentuk dan Estetika Grafik. Mengenai ‘Bentuk’ akan dijelaskan seperti di bawah ini :

  • Half Face. Ini adalah model helm berbentuk setengah wajah. Di Indonesia dikenali dengan nama helm catok/cetok, bukan Half Face. Indonesia sendiri secara peraturan sudah melarang penggunaan helm jenis ini.
  • Open Face. Ini adalah model helm yang menutup seluruh kepala tapi tidak sampai menutup dagu. Di Indonesia sendiri dikenal dengan nama Half Face, sedangkan istilah Half Face sendiri sebenarnya diperuntukkan untuk helm jenis setengah kepala (cetok).
  • Full Face. Ini adalah model helm yang mampu melindungi kepala secara penuh hingga dagu. Jenisnya sendiri bermacam-macam mulai dari Street Helmet, Racing Helmet, Off Road Helmet, hingga Snowmobile Helmet.

Kelar meluruskan informasi istilah helm dan berbagi informasi seputar metode tes SNI (Standar Nasional Indonesia) peserta di arahkan menuju ruang produksi helm. Alur proses pencetakan, pengecatan hingga perakitan helm dapat dilihat secara langsung oleh peserta.

Yang lebih menarik tentunya adalah saat peserta dipersilahkan masuk ruang laboratorium tes kelayakan sebuah helm. Disini terlihat semua proses seperti tes pada batok helm hingga tes pada tali pengikat (chin strap). Proses tes pada batok meliputi Uji serap energi kejut, uji penetrasi, uji ketahanan impact miring hingga uji pelindung dagu. Sementara pada pengetesan tali ikat (chin strap) dilakukan uji kehandalan sistem penahan pada tali serta uji efektifitas sistem penahan.

Semua uji ini sudah mengacu ke metode tes internasional dimana ‘rule’ nya juga diatur oleh Badan Standarisasi Nasional yang mengeluarkan cap SNI pada setiap produk yang keluar. Lalu bagaimana dengan ancaman tindak tilang pada helm-helm yang tidak bertanda SNI ? Tidak perlu khawatir, penekanan ini masih ditujukan pada produsen untuk memproduksi helm nya secara baik dan memberikan label ‘emboss’ di belakang helm.

Bisa ditarik kesimpulan sederhana bahwa helm-helm produksi PT DMI sudah mampu menelurkan produk terbaik sesuai standar keselamatan. Dengan tingkat produksi sekitar 500.000 unit per tahun PT DMI ber komitmen untuk terus memberikan produk terbaik untuk semua konsumennya. “Mau selamat tidak harus mahal, helm lokal masih handal !”, begitu ringkas Rio Octaviano sebagai ketua RSA dalam kesempatan bicara di pembukaannya. Mari sama-sama gunakan produk dalam negeri.

DMI_002

DMI_006

DMI_003

DMI_004

DMI_005

DMI_011

DMI_010

DMI_008

DMI_007

photos by : Henry Parasian – KHCC/RSA


About this entry