MAU JADI PEMOTOR SEPERTI APA KITA?

(Sumber : GENTLEMANCODE) Tidak banyak yang tau bahwa jadi pemotor itu nggak cuma soal nge-gas dan nge-rem. Tidak banyak yang tau bahwa jadi pemotor itu tidak jauh-jauh dari risiko celaka, bisa menabrak dan bisa tertabrak. Dan tidak banyak yang tau dan sadar bahwa ada unsur kebahagiaan yang menanti saat kita pulang ber-aktifitas yaitu senyum keluarga.

Artikel ini dibuat sekedar untuk menyentuh sisi kecerobohan kita agar tidak lagi-lagi mengedepankan kemampuannya berbuat salah. Jadi pemotor itu harus tau apa yang namanya “bahaya” dan apa yang namanya “risiko”. Setiap harinya pemotor berjibaku dengan udara pengap ibukota, kesemrawutan yang kadang tanpa batas hingga pelit senyumnya para petugas berseragam. Pemotor tak punya opsi selain melaju secepat mungkin dari rumah menuju tempat bekerja dan sebaliknya. Dan disinilah perjudian pemotor tentang keselamatan menjadi taruhannya.

Apa pemotor wajib pakai helm? Ya, sudah barang tentu. Atau mungkin menjadi tidak penting karena tidak ada fitur otak yang harus dilindungi.

Apa pemotor wajib menaati peraturan melalui keberadaan rambu-rambu? Ya, sudah pasti. Atau mungkin menjadi tidak perlu karena toh hanya menghambat perjalanan pemotor.

Apa pemotor wajib lawan arah saat sudah kehabisan waktu untuk tiba di tempat tujuan? Harusnya dengan efek kehabisan waktu pemotor dapat lagi memanfaatkan upaya dan tenaga otak untuk membuat manajemen perjalanan. Jika punya.

Apakah Lo sudah menjadi pemotor yang baik? Sekarang berkaca. Sekarang coba belajar apa arti “bahaya” yang tak lain adalah segala sesuatu yang dapat mencederai diri kita. Dan tambahkan waktu belajar untuk memahami apa itu”risiko” yang tak lain adalah konsekuensi dari segala aktifitas.

Mau jadi pemotor tipe apa kita sekarang? Artikel mendatang akan memberikan banyak pandangan. Salam keselamatan berkendara. Foto : Google – Scrambler Ducati