JDDC – Boehringer Ingelheim Defensive Riding Training


Sabtu-Minggu (14-15 November 2008) PT. BOEHRINGER INGELHEIM Indonesia bersama Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) mengadakan dua hari pelatihan Aman Berkendara secara defensif atau lebih dikenal dengan istilah Defensive Riding. Event ini menjadi jawaban atas program yang berlaku ‘worldwide’ yang dicanangkan PT. BOEHRINGER INGELHEIM internasional yaitu “Zero Accident to Field Force”. Peserta yang hari itu berjumlah 16 orang sehari-harinya memang berkutat dengan kendaraan operasional sepeda motor, mereka bekerja sebagai Sales Force yang selalu wara-wiri memberikan penawaran-penawaran pada banyak instansi farmasi. Tak heran kebutuhan akan keselamatan menjadi nilai mutlak sejajar dengan target yang diberikan oleh pihak perusahaan.

Hari pertama peserta disuguhkan kelas teori yang mengupas habis sisi yang belum terungkap dari ilmu berkendara, baik soal bagaimana posisi badan yang ideal, pemilihan perlengkapan berkendara, ilmu menikung, manajemen resiko hingga pemutaran video-video dan ilustrasi seputar fakta kecelakaan yang dipaparkan secara gamblang oleh Bp.Surya selaku kepala instruktur JDDC selama dua hari. Materi menjadi ilmu baru bagi peserta saat mereka menyadari bahwa berkendara tidak semudah yang mereka bayangkan, seperi diketahui bahwa berkendara di Jakarta menjadi media penguras tenaga tingkat tinggi dimana mental dan emosi selalu tarik ulur untuk menjadi yang terdepan. Disinilah pentingnya metode aman berkendara secara bertahan (defensive). Titik bahaya bisa datang dari arah mana saja (depan-belakang-kiri-kanan bahkan atas dan bawah). Pengendara kebanyakan selalu berkilah pada elemen lain ketika mereka mengalami insiden, bisa saja mereka menyalahkan munculnya tiba-tiba lubang di jalan atau bahkan saling tuding bahwa kendaraan lain lah yang melakukan kesalahan. Jika mau diambil investigasi tersingkap data dominan penyebab kecelakaan datang dari faktor manusia, lemahnya antisipasi dan mental berkendara menjadi dominan sehingga kadang emosi lah yang muncul sebagai tameng atas kesalahan mereka sendiri.

Hari kedua menjadi medan praktek atas teori di hari pertama, total sebelas simulasi berkendara disuguhkan tim Instruktur. Peserta dipaksa keras mempraktekan ilmu berkendara di berbagai medan mulai cara pengereman yang baik, antisipasi kecelakaan, berkendara di titian besi dan medan berpasir, meliuk di cone hingga naik ke jembatan besi. Antusiasme peserta sangat terlihat sepanjang pelatihan, hujan deras di tengah haripun tak menyurutkan agenda pelatihan saat peserta tetap berada di lapangan mengenakan jas hujan. Salah satu metode pelatihan yang menarik adalah sesi “Commentary Riding”, metode ini melibatkan peserta dan instruktur dalam satu motor dan berkendara di medan sebenarnya yaitu jalan raya, di saat itulah peserta wajib mengkomunikasi kan setiap kondisi yang tampak di sekeliling mereka.

Diantara enam belas peserta, hadir dua pengendara wanita masing-masing Desi dan Norma. Desi terlihat cukup fasih mengikuti medan halang rintang, dengan logat Jawa-nya yang kental senyumnya kerap mengembang seolah jadi penghibur bagi peserta lain di tengah lapangan. Norma pun sama dengan sikapnya yang terlihat enjoy menikmati pelatihan. Di sesi “Commentary Riding”, terungkap alasan Norma mengganti spionnya dengan ukuran yang lebih kecil dengan alasan agar bisa meliuk di seputar kemacetan. Pemahaman yang sebenarnya bisa dikoreksi karena fungsi spion bagai kumis kucing dimana saat spion berukuran standar tak sanggup masuk di celah kendaraan, maka pada waktu itu pulalah pengendara tak seharusnya melakukan manuver masuk di tengah dua kendaraan.

Di akhir acara peserta terlihat puas mengumpulkan ilmu baru dan sesekali berharap bahwa event sejenis dapat berlangsung secara reguler. Pak John Kurniyanto selaku Sales Manager di hari pertama juga secara tegas mengharapkan pelatihan bisa berakhir baik dan menjadi elemen penting dalam program perusahaan yaitu “Zero Accident to Field Force”. Ini seolah berusaha mengurangi fakta buruk fenomena berkendara di tanah air dimana 63% penyebab kemiskinan adalah kecelakaan kendaraan, nyawa seseorang yang hilang atau cedera spontan memutus putaran roda ekonomi keluarga. Kini 86% manusia modern berpotensi mengalami kecelakaan, untuk ukuran lalu lintas yang buruk di kota Jakarta angka ini bisa naik menjadi 96%. 8 dari 10 kecelakaan melibatkan sepeda motor. Jangan ambil bagian dalam fakta mengerikan diatas. Tetap berusaha defensif dan jauhi potensi bahaya. Every K (kilo) is a Killer !


About this entry