Day Nine #2Ride7Adv


Photobucket

Kami (saya dan Hendrawan) cukup bersemangat untuk melanjutkan perjalanan pada Rabu 23/5/12, hitungannya hari itu adalah hari ke 9. Menginap di suasana rumahan di pinggiran kota Jember pagi itu kami bergegas untuk bergerak ke destinasi berikutnya, kota Malang. Rute yang kami ambil adalah rute yang melintas di perbukitan Gunung Gumitir, jembatan Piket Nol yang selanjutnya menuju Candipuro hingga Dampit sebelum masuk ke kota Malang. Di kota Malang kami berhenti di tempat rekan kami bro Eddy Sanjaya yang juga ikutan mengelola Respiro Ridingware arahan mas Arief Utomo. Dimana kami akan menginap? Di padang rumput kawasan gunung Bromo. Kita intip dulu soal Piket Nol nya ya …

Nama unik Piket Nol ternyata menjadi kawasan objek wisata tertinggi di tanah Lumajang, kabarnya ketinggian mencapai 700 meter lebih di atas permukaan laut. Dan yang jadi satu titik wajib hentinya adalah jembatan Piket Nol, nama lain ada yang menyebutnya Gladak Perak. Jembatan penghubung Lumajang dan Malang ini punya panjang hingga 65 meter. Panorama yang dapat kita lihat saat kita berhenti disini adalah tebing-tebing bekas aliran lahar Semeru plus tentunya sungai yang juga berfungsi sebagai aliran lahar. Exotic. Disini saya menyempatkan diri turun ke sungai dan mengambil jembatan sebagai latar belakang.

Photobucket

Selain jembatan utama hadir juga disampingnya adalah jembatan kuno yang kini sudah di putus fungsikan. Nama Gladak Perak sendiri kabarnya muncul dari sejarah tumbal gelang perak milik penari tradisional yang konon jadi fondasi jembatan kuno tersebut. Scary.

Photobucket

Photobucket

Lepas dari sini pejalan akan dimanjakan puluhan kelokan dengan lebar jalan yang saya pikir cukup sempit, hanya pas untuk dua kendaraan. Karena kondisi inilah proses mendahului kendaraan kadang jadi hambatan karena pergerakan bus-bus tanggung hingga truk-truk pembawa pasir lahar. Syukurlah teduhnya lingkungan sekitar tidak membuat perjalanan ini jadi membosankan.

Photobucket

Perjalanan antar kota seperti ini tidak membuat kami bergegas untuk menuntaskan perjalanan. Setiap kilometer nya kami nikmati sambil melakukan obrolan melalui sistem komunikasi di dalam helm kami, termasuk soal kapan harus keluar masuk jalur jalan untuk proses mendahului sepanjang menembus pegunungan.

TIBA DI MALANG
Komunikasi dengan bro Eddy terus kami lakukan hingga akhirnya kami bertemu di salah satu toko penjual alat-alat adventure di bilangan Gajayana Malang. Lokasi yang cukup ‘crowded’ dengan suasana kampus yang padat. Lalu lintas di sekitar lokasi ini tak ubahnya di pinggiran Jakarta. Disana bro Eddy sudah menunggu dan suasana malam seperti di Jember pun terulang. Tak lain karena kami dijamu oleh Forum Otomotif di kota Malang, Raiders Cafe menjadi salah satu tempat singgah kami malam itu, tambahannya kami sedikit bergerak ke arah kota untuk menikmati santap makan malam ala kota Malang.

Photobucket

Photobucket

Seperti di infokan pada awal alinea,  malam itu bro Eddy mengajak kami menginap di salah satu sudut eksotis kawasan wisata gunung Bromo. Kami berpikir ini cukup gila mengingat hawa kota Malang sudah cukup dingin apalagi jika harus bergerak naik ke sudut-sudut padang rumput Bromo. Jam 22.00 kami pun bergerak naik, sisa-sisa kekuatan kami kerahkan untuk mencapai titik yang dituju oleh bro Eddy. Disini bro Eddy juga mengajak seorang rekan forum R2 Kaskuser. Siapa dia? Tengok di fotonya.

Photobucket

Perjalanan benar-benar sepi melalui jalur Tumpang menuju Bromo. Kami sama sekali tidak bisa menikmati pemandangan dan hanya mencoba bertahan dari sergapan angin malam yang semakin menusuk. Untungnya kinerja rally jacket Respiro cukup baik untuk menahan tiupan angin. Semua akses ke tubuh kami tutup seketat mungkin untuk menghindari hawa lebih dingin. Suara gending Jawa yang sempat di dengar oleh rekan saya pun kami jadikan semangat untuk terus bergerak naik. Suasananya cukup menyibak aroma horor, tidak heran rekan saya terus mengucap Ayat Kursi seperti saya dengarkan di radio komunikasi kami.

Hasilnya? Jam 00.00 kami ber empat kehilangan arah ‘camp site’. Malam itu kami putuskan untuk bergegas mendirikan tenda di lahan yang kami anggap cukup nyaman dari jalur kendaraan. Yah siapa tau saat terbit matahari sudah ada raungan keras roda empat menggaruk pasir Bromo.

Dua tenda berhasil berdiri dan kami pun segera istirahat di pelukan hawa dingin kawasan Bromo. Menarik untuk bisa ber tenda disini terlebih apa yang kita dapatkan saat pagi menjelang. Kurangnya hanya pada ketersediaan air alami, maklum titik wisata padang savana Bromo sangat jauh dari sumber air. It was a great moment to have a camp there. Thanks to bro Eddy dari Respiro Ridingware Malang.

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

[Perjalanan telah dilakukan pada Mei 2012 dalam agenda 2Ride7 Adventures]


About this entry