Yuk Toleh Sekilas Sebelum Bermanuver


Mendapatkan kesempatan untuk memberikan ilmu tentulah menjadi sesuatu yang berharga. Pekan ini (26/6) saya berada di Cibitung, tepatnya lahan pelatihan di areal parkir Lotte. Bersama 3 rekan JDDC lain saya bertugas memberikan sesi teori selama kurang lebih 3 jam di areal terbuka. Konsep yang dipilih klien (Air Liquide) memang mengambil konsep pelatihan singkat (Coaching Clinic).

uli_b11_05

*saya saat bersama Unilever sepekan sebelumnya ..

Apa yang membuatnya berbeda, konsep coaching clinic hanya berupa pelatihan singkat selama satu hari, lengkap dengan teori dan praktek. Teori dilakukan kurang lebih 3 jam ( 9.00 – 12.00 ) , sementara praktek mengambil waktu juga 3 jam ( 13.00 – 16.00). Dengan konsep satu hari ini tentunya banyak materi yang dipadatkan, selain tentunya minimnya waktu yang bisa didapatkan peserta. Minimnya waktu itulah yang disampaikan peserta di akhir pelatihan. Sebagai pihak yang disewa tentunya hal ini saya kembalikan ke pihak klien untuk menjawabnya.

Sebenarnya pada tanggal yang sama terjadi banyak aktifitas lain yang sesungguhnya bisa saya ikuti. Atas dasar prioritas tentunya saya memilih pelatihan ini. Rekan dari Komunitas Blogger Otomotif Indonesia (KoBOI) mendapatkan undangan ‘test ride’ Honda PCX, motor matik premium dengan banderol 32 jutaan. Lalu di tempat lain rekan dari Komunitas Road Safety (RSA) menggelar aksi damai unjuk rasa menuntut transportasi publik yang nyaman. Aktifitas terakhir ini tentunya bukan ‘panggung’ saya karena memang bukan bagian dari sebuah konsep yang saya cari, di luar itu tentunya komunitas penggiat keselamatan jalan ini selayaknya mendapatkan dukungan.

Padat. Dan tak mungkin juga saya menjalani semua agendanya di waktu yang sama.

Dalam ‘coaching clinic’ itu selain saya mendapatkan jatah sesi teori, di sesi praktek saya mendapatkan kesempatan sharing ilmu di modul ‘balancing’ dan ‘slalom’. Dua modul yang sama-sama menuntut aspek dinamika tubuh dan keseimbangan untuk menghasilkan teknik yang baik.

Saya coba fokuskan mengenai modul ‘slalom’. Modul ini -sejauh yang saya amati di tempat pelatihan lain- kerap jadi ajang adu ketangkasan meliuk-liuk di antara cone. Saya pikir ini menggelikan karena tidak jelas objektif apa yang ingin disampaikan terhadap sebuah modul. Modul tentunya harus memiliki tujuan nyata dan aplikatif untuk di praktekan saat peserta berada di situasi sebenarnya, yaitu di lalu lintas.

Beruntung saya berada di institusi yang memang mengedepankan pentingnya sebuah objektif dalam suatu modul. Disini -slalom- menuntut peserta agar tidak bergerak cepat. Hal penting lain yang ingin disampaikan adalah pentingnya melakukan proses menoleh sekilas ketika berpindah lajur. Disini peserta sesaat sebelum melintasi cone harus melakukan tengokan / toleh sekilas / head check ke arah mereka ingin berpindah lajur atau berbelok. Tengok kiri dulu sebelum ke kiri. Tengok kanan dulu sebelum ke kanan.

tengok donk 01

tengok donk 02

Hasilnya ? Peserta tampak tidak terbiasa. Bukan fakta yang aneh jika melihat perilaku dari banyak pengendara yang ada di jalan raya ibukota. Disinilah tugas berat nya yaitu mulai membiasakan peserta terhadap kebiasaan baru. Dan memang peserta kerap mengakui bahwa mereka tidak melakukan itu. Ini akan menjadi pekerjaan rumah peserta jika memang ingin tampil aman di jalan raya.

Yah begitulah aktifitas saya setiap menjalani pelatihan. Banyak mind set yang harus saya rubah demi menyelamatkan mereka saat berada di jalan raya. Kalimat ‘jalan raya adalah ladang pembantaian’ bagi saya adalah hal yang teramat menakutkan. Jadi … hati-hatilah saat berkendara, pastikan anda punya kualitas yang memadai dalam menyikapi situasi di jalan raya !

tengok donk 03


About this entry